Ringkasan Kegiatan 2013 BAG 2

  1. I. Koridor / Kantong  Satwa

 

Pengertian

  • Jenis fauna jarang adalah jenis-jenis fauna ( satwa liar ) yang jumlah populasinya terbatas sehingga jika tidak dijaga kelestariannya akan dapat menjadi langka
  • Jenis fauna langka adalah jenis-jenis fauna ( satwa liar ) yang jumlah populasinya sangat terbatas sehingga jika tidak dijaga kelestariannya akan dapat terancam punah
  • Jenis fauna yang terancam punah adalah jenis-jenis fauna ( satwa liar  ) yang populasinya sangat terbatas sehingga jika tidak dijaga kelestariannya akan dapat punah ( habis )
  • Jenis fauna endemic adalah jenis-jenis fauna ( satwa liar ) yang penyebarannya secara alamiah terbatas pada daerah tertentu. Fauna endemic ini merupakan hasil adaptasi yang sangat panjang dari jenis fauna tersebut terhadap kondisi lingkungan  ( habitat ) yang spesifik. Jenis-jenis ini jika tidak dijaga kelestariannya pada habitatnya akan dapat punah dan menghilangkan ciri khas daerah tersebut.
  • Jenis fauna dilindungi adalah jenis-jenis fauna ( satwa liar ) yang merupakan jenis jarang, langka, terancam punah, endemic, jenis-jenis yang dilindungi oleh Undang-undang dan jenis-jenis yang mempunyai manfaat penting bagi kehidupan masyarakat.

 

Maksud dan Tujuan

  1. Mengetahui jenis, kelimpahan dan penyebaran satwa liar jarang, langka, terancam punah, endemic dan dilindungi yang terdapat di dalam areal IUPHHK PT. Ratah Timber
  2. Menjaga kelestarian jenis-jenis satwa liar jarang, langka, terancam punah, endemic dan dilindungi yang terdapat di dalam areal IUPHHK PT. Ratah Timber dan kawasan disekitarnya
  3. Menjaga dan mencegah kerusakan habitat satwa liar yang termasuk dalam kategori jarang, langka, terancam punah, endemic dan dilindungi agar dapat mendukung keberadaan dan kelestarian jenis-jenis fauna tersebut.

 

Lokasi Pengamatan Koridor / Kantong Satwa

IUPHHK PT. Ratah Timber memiliki lokasi yang dijadikan sebagai kawasan perlindungan satwa/fauna, dimana lokasi tersebut merupakan kawasan yang dijadikan perlintasan, tempat mencari makan dan minum serta daerah jelajah dari satwa/fauna tersebut. Lokasi koridor / kantong satwa tersebut adalah Km. 5 dan Km. 26 ( SPAN ) Petak J-2 Blok RKT 2010. Untuk SPAN
fghfgh

 

Hasil dan Pembahasan

I. Class Mammals

A23

II. Class Aves dan Birds

A24

III.Class Reftiles

A25

Dari hasil pemantauan dan pengukuran yang telah dilakukan di lokasi koridor satwa Km. 5 dan Km. 26 (SPAN), teridentifikasi ada 17 jenis satwa/fauna liar yang terdapat pada areal HPH PT. Ratah Timber. Hal ini tidak menutup kemungkinan dari hasil yang di dapat akan bertambah atau pun berkurang.

Jenis satwa/fauna yang ditemukan kemudian dicocokkan dengan daftar jenis fauna yang dilindungi menurut literature yang di dapat dari CITES, IUCN, PP No.7. Setelah dicocokkan terdapat 9 jenis fauna yang termasuk ke dalam daftar EN, VU, DD, App. I dan II serta P yang

terdiri dari 6 satwa dari sub mamalia, 2 satwa dari sub aves, dan 1 dari sub reptiles.

Adapun dari hasil penghitungan didapatkan hasil indeks keanekaragaman sebesar 1,976 untuk class mammals, 0,676 untuk class aves dan bird, sedangkan untuk class reftiles indeks keanekaragaman sebesar 1,040

Dokumentasi Kegiatan Pemantauan Koridor / Kantong Satwa

A30

A31

A32

A33

 

A26

A27

A28

 

 

IV Biodiversity

 

Data yang digunakan untuk dianalisis selama proses training berlangsung adalah hasil penelitian yang dilakukan dengan PT. Ratah Timber, Kyoto University dan WWF Kutai Barat. Penelitian dilakukan di dalam kawasan konsesi PT Ratah Timber.

Metode yang digunakan adalah :

  • Metode Klasifikasi Stratifikasi Tajuk
  • Metode Penentuan Plot Sampling
  • Metode Pengumpulan Data Keanekaragaman,Inventarisasi Tegakan dan Biomassa

Metode yang digunakan adalah dengan melakukan inventarisasi tegakan dengan bentuk plot berupa lingkaran pada 60 plot permanent yang telah ditentukan. Diameter plot sebesar 20 meter dan kemudian dicatat data-data berupa :

  • Pohon : Diameter setinggi dada (DBH), keliling, nama genus, tipe (dipterocarpus dan pioneer).
  • Struktur hutan : Nomor pohon, maksimum DBH pohon, total keliling
  • Keanekaragaman : jumlah species dan genus.

Selanjutnya untuk menghitung Biomassa permukaan digunakan metode persamaan Chave yang berdasarkan pada DBH dan kerapatan pohon. Data ini diolah dengan menggunakan MS Access dan MS Excel. 

 

Hasil Analisis

 

  • Tingkat Keragaman Pioneer dan Dipterocarpaceae
Berdasarkan hasil analisis menggunakan index Chao, maka dapat diketahui bahwa tingkat keragaman dipterocarpaceae berada pada nilai -2 sampai dengan 0 pada NMDS 1 dan -1,5 sampai 1,3 pada parameter NMDS 2. Sedangkan untuk pioneer berada pada nilai 0,5 sampai 2 pada NMDS 1 dan -0,5 sampai 0,5 pada NMDS 2. Hal ini menandakan bahwa dipterocarpaceae dominan tersebar hampir disemua plot dan memiliki tingkat keragaman yang berbeda pada tiap plotnya. Sedangkan untuk tingkat pioneer cenderung memiliki kesamaan tingkat keragaman. Hal ini merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui wilayah yang mengalami degradasi dan deforestasi. Semakin tingki tingkat keragaman pioneer yang terbentuk, maka daerah tersebut merupakan daerah yang telah mengalami degradasi atau deforestasi. Sedangkan untuk daerah yang
 
 

masih baik memiliki tingkat keragaman pioneer yang rendah dan keragaman dipterocarpaceae yang tinggi. Gambaran grafik interpretasi data tersebut dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1 Tingkat Keragaman Pioneer dan Dipterocarpaceae

A40

  • Hubungan antara Biomassa (metode Chev) dan Rata-rata kerapatan pohon
Penghitungan Biomassa menggunakan metode Chev merupakan metode yang menggunakan kerapatan pohon sebagai dasar penghitungan biomassa. Berdasarkan hasil analisis penghitungan biomassa dengan metode Chev, terdapat hubungan yang nyata antara biomassa dan besarnya nilai kerapatan pohon. Hal tersebut dapat diketahui, bahwa semakin tinggi biomassa maka semakin besar pula kerapatan pohon. Hal tersebut disebabkan karena kerapatan pohon berpengaruh terhadap volume tegakan (pohon).Semakin besar kerapatan pohon maka biomassanya juga cenderung menjadi semakin besar. Akan tetapi, hal tersebut tidak selalu berbanding lurus, karena pada usia – usia tertentu pertumbuhan pohon akan mengalami perlambatan, sehingga pertumbuhan biomassanya juga akan menjadi semakin lambat. Akibatnya, walaupun memiliki tingkat kerapatan yang tinggi, apabila pohon tersebut sudah tua, maka

biomassanya juga cenderung tetap. Hal tersebut umumnya terjadi pada hutan – hutan primer yang masih memiliki tegakan yang cukup rapat. Besarnya nilai rata – rata biomassa tersimpan pada konsesi Ratah Timber dengan menggunakan metode Chave adalah sebesar 465 ton/ha. Sedangkan total seluruh Biomassa untuk konsesi Ratah Timber adalah sebesar 108.365.267.664 Ton. Hubungan antara biomassa dan kerapatan pohon tersebut dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2 Hubungan antara Biomassa (metode Chev) dan Rata-rata kerapatan pohon

A35

  • Hubungan Antara Biomassa (metode Brown) dengan Diameter Setinggi Dada (DBH).

Perhitungan biomassa berdasarkan metode Brown merupakan metode perhitungan biomassa karbon berdasarkan diameter pohon. Menurut Brown (1997), penghitungan biomassa dapat dilakukan dengan cara menghitung rasio dari volume terdata untuk keseluruhan pohon dengan minimum diameter 10 cm atau lebih dengan volume terdata untuk seluruh pohon dengan diameter minimum 25-30 cm atau lebih.

Berdasarkan hasil analisis yang digunakan, terdapat hubungan yang nyata antara biomassa dengan maksimum DBH yang ada pada tiap plot. Semakin besar nilai diameter setinggi dada suatu pohon, maka akan semakin besar pula biomassanya. Rata - rata nilai biomassa yang tersimpan pada konsesi Ratah Timber dengan menggunakan metode penghitungan Brown adalah sebesar 457 Ton/Ha. Sedangkan total keseluruhan nilai biomassa pada konsesi Ratah Timber adalah sebesar 82.249.027.831 Ton. Hubungan linier antara Biomassa (Brown) dengan diameter setinggi dada dapat dilihat pada grafik 3.

 

A37

Grafik 3 Hubungan antara Biomassa (metode Chev) dan Maksimum Diameter Setinggi Dada

 

  • Perbandingan antara Biomassa Chev dan Biomassa Brown

Pendugaan biomassa dengan menggunakan metode Chev dan Brown memiliki perbedaan dalam proses penghitungannya dan data dasar yang digunakan untuk menduga biomassa. Perbedaan tersebut berkisar sekitar 50 ton/ha dan nilai bomassa lebih besar dengan menggunakan metode Chev. Perbedaan hasil dalam pendugaan biomassa tersebut dapat dilihat pada grafik 4.

Grafik 4 Perbandingan Antara Biomassa Chev dan Biomassa Brown

A38

  • Hubungan Antara Biomassa Chev dengan NMDS 1 

 

Berdasarkan hasil analisis antara biomassa dan nilai NMDS 1 maka terdapat hubungan yang tidak nyata diantara kedua parameter tersebut karena memiliki nilai R square yang sangat kecil, akan tetapi

 

terdapat pengelompokan sebaran data yang terbentuk. Pengelompokan data tersebut berupa kelompok data pioneer dan kelompok data dipterocarpaceae. Pengelompokan data tersebut dapat dilihat pada grafik 5.

Grafik 5 Hubungan antara Biomassa dan NMDS1

39

Melalui interpretasi dari grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa tingkat keragaman biomassa (Chev) tergolong rendah  atau biomassa yang ada tersebar cukup merata hampir di semua area. Sedangkan untuk pioneer, tingkat keragamannya juga cukup tinggi dan tersebar pada beberapa area. Area yang memiliki nilai keragaman pioneer yang tinggi merupakan daerah yang telah mengalami degradasi, akan tetapi daerah tersebut juga merupakan daerah baru yang dapat dijaga dan dilindungi sebagai sumber plasma nutfah.

  • Hubungan Antara NMDS 1 dan NMDS 2 pada tiap tipe stratum 

 

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tipe stratum mengelompok berdasarkan nilai NMDS yang ada. Terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara NMDS dan Stratum. Semakin besar nilai NMDS 1, maka akan semakin besar daerah yang terbuka atau stratum semakin terbuka. Sedangkan pada nilai NMDS 2 menunjukkan bahwa semakin besar nilai NMDS 2, maka akan semakin besar tingkat keragamannya. Selain itu juga dapat diketahui pengelompokan jenis dipterocarpaceae berada pada stratum 1 sampai 3, sedangkan pioneer pada stratum 4 sampai 5. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik 6.

 

Grafik 6 Hubungan Antara NDMS dan Tipe Stratum

A40

Kesimpulan

 

  1. Konsesi Ratah Timber terdiri dari enam tipe stratum tegakan. Stratum pertama merupakan tegakan yang cukup baik dan rapat, sedangkan stratum enam merupakan tipe stratum yang terbuka.
  2. Nilai Biomassa rata pada Ratah Timber dengan menggunakan metode Chave sebesar 465 Ton/Ha, sedangkan dengan menggunakan metode Brown sebesar 457 Ton/Ha.
  3. Nilai NDMS menunjukkan bahwa tingkat keragaman yang ada di Ratah Timber cukup tinggi dan menyebar hampir merata pada tiap wilayahnya. Daerah yang memiliki banyak pioneer merupakan daerah yang mengalami degradasi karena baru saja dibuka untuk pemanenan kayu (logging).

 

Saran

 

  1. Perlu adanya data time series untuk melihat perubahan yang ada, baik historikal, yang sedang terjadi dan perencanaan yang akan datang dengan menggunakan plot yang sudah ada.
  2. Perlu adanya analisis terhadap faktor fisik, kimiawi, dan tingkat keragaman satwa yang ada di dalam wilayah penelitian. Hal tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih presisi.

A44

A45

Dokumentasi Kegiatan Biodiversity

A48A49

A50

 

A41

A42A43

A46A47

A51A52