Ringkasan Kegiatan 2013 BAG 2
Pengertian
Maksud dan Tujuan
Lokasi Pengamatan Koridor / Kantong Satwa IUPHHK PT. Ratah Timber memiliki lokasi yang dijadikan sebagai kawasan perlindungan satwa/fauna, dimana lokasi tersebut merupakan kawasan yang dijadikan perlintasan, tempat mencari makan dan minum serta daerah jelajah dari satwa/fauna tersebut. Lokasi koridor / kantong satwa tersebut adalah Km. 5 dan Km. 26 ( SPAN ) Petak J-2 Blok RKT 2010. Untuk SPAN |
fghfgh |
Hasil dan Pembahasan I. Class MammalsII. Class Aves dan Birds
III.Class Reftiles
Dari hasil pemantauan dan pengukuran yang telah dilakukan di lokasi koridor satwa Km. 5 dan Km. 26 (SPAN), teridentifikasi ada 17 jenis satwa/fauna liar yang terdapat pada areal HPH PT. Ratah Timber. Hal ini tidak menutup kemungkinan dari hasil yang di dapat akan bertambah atau pun berkurang. Jenis satwa/fauna yang ditemukan kemudian dicocokkan dengan daftar jenis fauna yang dilindungi menurut literature yang di dapat dari CITES, IUCN, PP No.7. Setelah dicocokkan terdapat 9 jenis fauna yang termasuk ke dalam daftar EN, VU, DD, App. I dan II serta P yang |
terdiri dari 6 satwa dari sub mamalia, 2 satwa dari sub aves, dan 1 dari sub reptiles. Adapun dari hasil penghitungan didapatkan hasil indeks keanekaragaman sebesar 1,976 untuk class mammals, 0,676 untuk class aves dan bird, sedangkan untuk class reftiles indeks keanekaragaman sebesar 1,040 Dokumentasi Kegiatan Pemantauan Koridor / Kantong Satwa
|
||
IV Biodiversity
Data yang digunakan untuk dianalisis selama proses training berlangsung adalah hasil penelitian yang dilakukan dengan PT. Ratah Timber, Kyoto University dan WWF Kutai Barat. Penelitian dilakukan di dalam kawasan konsesi PT Ratah Timber. Metode yang digunakan adalah :
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan inventarisasi tegakan dengan bentuk plot berupa lingkaran pada 60 plot permanent yang telah ditentukan. Diameter plot sebesar 20 meter dan kemudian dicatat data-data berupa :
Selanjutnya untuk menghitung Biomassa permukaan digunakan metode persamaan Chave yang berdasarkan pada DBH dan kerapatan pohon. Data ini diolah dengan menggunakan MS Access dan MS Excel.
Hasil Analisis
|
masih baik memiliki tingkat keragaman pioneer yang rendah dan keragaman dipterocarpaceae yang tinggi. Gambaran grafik interpretasi data tersebut dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1 Tingkat Keragaman Pioneer dan Dipterocarpaceae
|
|
biomassanya juga cenderung tetap. Hal tersebut umumnya terjadi pada hutan – hutan primer yang masih memiliki tegakan yang cukup rapat. Besarnya nilai rata – rata biomassa tersimpan pada konsesi Ratah Timber dengan menggunakan metode Chave adalah sebesar 465 ton/ha. Sedangkan total seluruh Biomassa untuk konsesi Ratah Timber adalah sebesar 108.365.267.664 Ton. Hubungan antara biomassa dan kerapatan pohon tersebut dapat dilihat pada grafik 2. Grafik 2 Hubungan antara Biomassa (metode Chev) dan Rata-rata kerapatan pohon
Perhitungan biomassa berdasarkan metode Brown merupakan metode perhitungan biomassa karbon berdasarkan diameter pohon. Menurut Brown (1997), penghitungan biomassa dapat dilakukan dengan cara menghitung rasio dari volume terdata untuk keseluruhan pohon dengan minimum diameter 10 cm atau lebih dengan volume terdata untuk seluruh pohon dengan diameter minimum 25-30 cm atau lebih. Berdasarkan hasil analisis yang digunakan, terdapat hubungan yang nyata antara biomassa dengan maksimum DBH yang ada pada tiap plot. Semakin besar nilai diameter setinggi dada suatu pohon, maka akan semakin besar pula biomassanya. Rata - rata nilai biomassa yang tersimpan pada konsesi Ratah Timber dengan menggunakan metode penghitungan Brown adalah sebesar 457 Ton/Ha. Sedangkan total keseluruhan nilai biomassa pada konsesi Ratah Timber adalah sebesar 82.249.027.831 Ton. Hubungan linier antara Biomassa (Brown) dengan diameter setinggi dada dapat dilihat pada grafik 3. |
Grafik 3 Hubungan antara Biomassa (metode Chev) dan Maksimum Diameter Setinggi Dada
Pendugaan biomassa dengan menggunakan metode Chev dan Brown memiliki perbedaan dalam proses penghitungannya dan data dasar yang digunakan untuk menduga biomassa. Perbedaan tersebut berkisar sekitar 50 ton/ha dan nilai bomassa lebih besar dengan menggunakan metode Chev. Perbedaan hasil dalam pendugaan biomassa tersebut dapat dilihat pada grafik 4. Grafik 4 Perbandingan Antara Biomassa Chev dan Biomassa Brown
Berdasarkan hasil analisis antara biomassa dan nilai NMDS 1 maka terdapat hubungan yang tidak nyata diantara kedua parameter tersebut karena memiliki nilai R square yang sangat kecil, akan tetapi |
|
terdapat pengelompokan sebaran data yang terbentuk. Pengelompokan data tersebut berupa kelompok data pioneer dan kelompok data dipterocarpaceae. Pengelompokan data tersebut dapat dilihat pada grafik 5. Grafik 5 Hubungan antara Biomassa dan NMDS1
Melalui interpretasi dari grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa tingkat keragaman biomassa (Chev) tergolong rendah atau biomassa yang ada tersebar cukup merata hampir di semua area. Sedangkan untuk pioneer, tingkat keragamannya juga cukup tinggi dan tersebar pada beberapa area. Area yang memiliki nilai keragaman pioneer yang tinggi merupakan daerah yang telah mengalami degradasi, akan tetapi daerah tersebut juga merupakan daerah baru yang dapat dijaga dan dilindungi sebagai sumber plasma nutfah.
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tipe stratum mengelompok berdasarkan nilai NMDS yang ada. Terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara NMDS dan Stratum. Semakin besar nilai NMDS 1, maka akan semakin besar daerah yang terbuka atau stratum semakin terbuka. Sedangkan pada nilai NMDS 2 menunjukkan bahwa semakin besar nilai NMDS 2, maka akan semakin besar tingkat keragamannya. Selain itu juga dapat diketahui pengelompokan jenis dipterocarpaceae berada pada stratum 1 sampai 3, sedangkan pioneer pada stratum 4 sampai 5. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik 6. |
Grafik 6 Hubungan Antara NDMS dan Tipe Stratum Kesimpulan
Saran
|
|
Dokumentasi Kegiatan Biodiversity
|